• Home
  • Perjalanan
  • Fotografi
  • Buah Pikir
  • Medan
  • Tentang saya

Tag Archives: travel blogger

TAMAN BATU DARI UTARA

16 Rabu Jan 2019

Posted by Arman in Home, Perjalanan

≈ Tinggalkan komentar

Tag

alif stone park, blogger, Indonesia, kepulauan riau, natuna, Photography, ranai, taman batu, travel blogger, traveling

Awalnya aku mengira hanya Belitong yang memiliki pantai dengan batuan besar. Pada kenyataannya pulau Natuna Besar juga menyimpan pesona yang tak kalah cantiknya. Lokasinya sendiri tak jauh dari Ranai, ibukota kabupaten Natuna. Pantai dipenuhi batu  dalam ukuran raksasa yang sampai sekarang masih menjadi misteri  proses pembentukannya. Taman batu Alif Stone Park bagai benteng raksasa yang melindungi pantai dari serbuan ombak yang tak henti-hentinya. Nama Alif stone park sendiri konon berasal dari batuan yang menonjol seperti huruf alif dalam bahasa Arab. Dilokasi ini juga terdapat rangka ikan paus yang menjadi salah satu daya tarik saat berkunjung.

Natuna
Bibir pantai dilihat dari ketinggian

Natuna
Salah satu pemandangan di pulau Natuna

Natuna
Nama Alif stone park sendiri konon berasal dari batu-batu yang menonjol seperti huruf alif dalam bahasa Arab. Dilokasi ini juga terdapat rangka ikan paus yang menjadi salah satu daya tarik saat berkunjung ke tempat ini.

natuna
Batuan dengan ukuran raksasa di taman batu Alif stone park

Pemandangan di salah satu sisi taman batu Alif stone park

TONGKONAN, RUMAH TRADISIONAL TORAJA

10 Senin Okt 2016

Posted by Arman in Home, Perjalanan

≈ 3 Komentar

Tag

kerbau putih, rumah tradisional di tana toraja, sulawesi selatan, tana toraja, tongkonan, tongkonan rumah tradisional toraja, toraja, travel blogger, travelling ke toraja, wisata ternal di sulawesi selatan, wisata tongkonan

TONGKONAN, RUMAH TRADISIONAL TORAJA — Malam dipenuhi bintang, dipunggung langit terlihat bayangan hitam perbukitan layaknya benteng raksasa mengelilingi wilayah Rantepao Tana Toraja. February sepertinya adalah bulan sepi. Tak banyak turis datang, karena tak ada upacara adat. Biasanya upacara  diadakan  di bulan Juni atau Juli. Tapi aku tak mau ambil pusing, bisa mengunjungi Toraja saja sudah seperti kejutan yang menyenangkanku.

Waktu gelap menjadi semakin pekat, serangga dari sawah yang baru habis panen mulai menghampiri.  Rupanya cahaya remang lampu teras kamar menarik perhatiannya. Rasa gatal akibat gigitannya memaksaku untuk menutup pintu dan terlelap melewati malam itu tanpa mimpi sama sekali.

IMG_1315

Seekor kerbau ditambatkan disekitar Tongkonan di desa adat Kate Kesu, Tana Toraja (Kamera EOS M/ Lensa Canon 17-40 L f4)

Aku terbangun pagi-pagi dan memutuskan keluar untuk sekedar menikmati udara segar dan mencari sarapan.  Dipinggir jalan raya aku menemukan cafe sederhana, aku masuk dan memesan segelas kopi.  Seorang pemuda duduk di meja sebelah dan  akupun memulai perbincangan.

Disitu  aku mendapatkan informasi tentang pentingnya kerbau atau dalam bahasa setempat disebut “tedong” bagi masyarakat Toraja. Upacara adat yang paling banyak melibatkan  tedong adalah Rambu Solo’ atau upacara kematian.  Nilainya sungguh fantastis.  Seekor kerbau dari kasta tertinggi “tedong saleko” bisa mencapai harga 1 milyar rupiah.  Begitupun cara masyarakat memperlakukan  kerbau layaknya anak sendiri, dimanja hanya untuk disembelih pada saatnya.

Rambu Solo’ sendiri memakan biaya tidak sedikit, cara mensiasatinya para tetangga dan kerabat menyumbang hal-hal yang dibutuhkan, misalnya kerbau.  dan sipenerima sumbangan akan merasa terhutang untuk membalasnya di kemudian hari. Kondisi ini juga yang menyebabkan saling keterikatan yang begitu kuat antara masyarakat Toraja. Terlalu rumit buatku memikirkan semua itu, Budaya itu sendiri sudah ratusan tahun dan  tak ada yang harus diperdebatkan.

IMG_1281

Tongkonan (kamera Canon EOS M/ Lensa Canon 17-40 L F4)

IMG_1283

Ornamen di rumah tradisional Toraja (kamera Canon EOS M/Lensa 17-40 L f4)

IMG_1287

Tanduk kerbau, diperoleh dari kerbau yang telah dikorbankan dalam upacara (Kamera Canon EOS M/lensa Canon 17-40 L f4)

Selepas berbincang aku kembali ke penginapan, hari ini aku  bersiap menuju “Kate Kesu” desa adat di Rantepao yang memiliki rumah  Tongkonan yang usia bangunannya  diperkirakan lebih dari 300 tahun.  Tak sulit mencapai Kate Kesu, walaupun jalan belum beraspal tapi cukup mudah  mencapai tempat itu.  Dari kejauhan aku melihat bangunan unik yang atapnya menyerupai perahu, itulah Tongkonan. Awalnya saja sudah membuat aku berpikir, kenapa atap Tongkonan harus berbentuk seperti perahu?  Mengingat letak Toraja yang berada di dataran tinggi. Apakah hanya kebetulan ataukah ada peristiwa yang menjadi latar belakangnya?.  Aku memasuki kampung, tongkonan berdiri kokoh di kiri dan kananku. Bagian sebelah kiri dari gerbang masuk nampak bangunan yang lebih besar dan tinggi dari bangunan disisi lainnya. Yang membedakannya adalah fungsi,  bangunan yang lebih  besar digunakan sebagai tempat tinggal, sedangkan bangunan yang lebih kecil  dipakai sebagai lambung padi.

.

Kepala kerbau, selalu menjadi bagian tak terpisahkan dari rumah adat Tongkonan (kamera Canpn EOS M/ Lensa canon 17-40 L f4)

IMG_1319

Penghuni Tongkonan (Kamera Canon EOS M/ lensa 17-40L f4)

Tongkonan dipenuhi dengan ukiran  dan ornamen yang didominasi warna hitam, merah dan putih. Tanduk yang  berasal dari kerbau yang dikorbankan pada upacara    tersusun rapi di tiang depan bangunan. Uniknya  tak ada paku yang digunakan dalam proses pembangunannya. Aku coba menaiki tangga, sayang sekali tak ada pintu yang terbuka, dan  terpaksa aku  menahan keinginan untuk melihat interior tongkonan. Aku perhatikan  pola bangunan dari jauh. Tampak mirip dengan bangunan adat  di Nias. Apa hubungannya?  Pertanyaan yang tak terjawab sampai aku kembali ke kampung halaman ku.

Baca juga : Kerajaan Orang Mati (Tana Toraja)

 

Armansyah Putra

Medan, Indonesia
+628126046403
arman_poetra@yahoo.co.id

Instagram

Love is a temple . . #u2 #one #thejoshuatreetour2019 #thejoshuatreetour2019singapore @u2crazytonight #leicadlux6
Standard Chartered Singapore Marathon 2019 (SCSM), Mungkin adalah salah satu marathon terbaik dari sisi penyelenggaraan. Event yang diikuti 51.000 peserta dari 35 negara ini, sangat tertata rapi, mulai dari proses registrasi, saat event berlangsung maupun sesudahnya . . Walaupun tujuan awal datang ke Negara ini adalah untuk menyaksikan konser band legendaris U2, namun mengikuti race di salah satu kategori SCSM 2019 tetaplah menjadi pengalaman yang tak terlupakan . . #scsm2019 #singaporemarathon #itsourstorun #marathon
Singapore Marathon 2019 #scsm2019 #sgmarathon #scsm #running #livehealthierlives #sunlifexkumparan @sunlife_id @kumparancom
Kehilangan mengajarkan tentang arti memiliki . . #hitamputih #monochrome #human
Kita tahu bahwa kita tidak tahu apa-apa. Itulah puncak kebijaksanaan manusia . . #garasikata #bwstyleoftheday #bnw_society #hitamputih

Follow me on Twitter

Twit Saya

Komentar Terbaru

Arman pada BROMO, GUNUNG PARA DEWA
doni pada BROMO, GUNUNG PARA DEWA
Bang Harlen pada PULAU BANYAK
Arman pada PULAU BANYAK
Bang Harlen pada PULAU BANYAK

Top Posts & Halaman

  • FILOSOFI GELAS KOSONG
  • LARI "SENDIRIAN" DAN MANFAATNYA
  • FOUNTAIN PEN
  • BAGAN DELI, HITAM PUTIH KAMPUNG NELAYAN
  • WAKTU ISYA DI MASJID AGUNG XI'AN
  • PEMIMPIN YANG TAK KUNJUNG TIBA
  • KASET, PITA BERSUARA

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.

Batal
Privasi & Cookie: Situs ini menggunakan cookie. Dengan melanjutkan menggunakan situs web ini, Anda setuju dengan penggunaan mereka.
Untuk mengetahui lebih lanjut, termasuk cara mengontrol cookie, lihat di sini: Kebijakan Cookie